Senyawa kimia adalah Zat tunggal yang terbentuk dari beberapa  unsur dengan melalui reaksi kimia dan senyawa tersebut juga dapat  diuraikan lagi menjadi unsur-unsur pembentuknya dengan reaksi kimia  tersebut. Contohnya, 
dihidrogen monoksida (
air, 
H2O) adalah sebuah senyawa yang terdiri dari dua atom 
hidrogen untuk setiap atom 
oksigen.
Umumnya, rasio tetap ini harus tetap karena sifat fisikanya, bukan  rasio yang dipilih manusia. Oleh karena itu, material seperti 
kuningan, 
superkonduktor YBCO, 
semikonduktor "
aluminium galium arsenida", atau 
coklat dianggap sebagai 
campuran atau 
aloy, bukan senyawa.
Ciri-ciri yang membedakan senyawa adalah dia memiliki 
rumus kimia. Rumus kimia memberikan rasio atom dalam zat, dan jumlah atom dalam molekul tunggalnya (oleh karena itu rumus kimia 
etena adalah 
C2H4 dan bukan 
CH2. Rumus kimia tidak menyebutkan apakah senyawa tersebut terdiri atas 
molekul; contohnya, 
natrium klorida (
garam dapur, 
NaCl adalah 
senyawa ionik.
Senyawa dapat wujud dalam beberapa 
fase. Kebanyakan senyawa dapat berupa zat 
padat. Senyawa molekuler dapat juga berupa 
cairan atau 
gas. Semua senyawa akan terurai menjadi senyawa yang lebih kecil atau 
atom individual bila dipanaskan sampai 
suhu tertentu (yang disebut 
suhu penguraian).
Setiap senyawa kimia yang telah dijelaskan dalam literatur memiliki nomor pengenal yang unik, yaitu 
nomor CAS.
Jenis senyawa
 
Asam (yang sering diwakili dengan rumus umum 
HA) secara umum merupakan 
senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan 
pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi 
proton (ion H
+) kepada zat lain (yang disebut 
basa), atau dapat menerima pasangan 
elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi 
penetralan untuk membentuk 
garam. Contoh asam adalah 
asam asetat (ditemukan dalam 
cuka) dan 
asam sulfat (digunakan dalam baterai atau 
aki  mobil). Asam umumnya berasa masam; walaupun demikian, mencicipi rasa  asam, terutama asam pekat, dapat berbahaya dan tidak dianjurkan.
 
 Berbagai definisi asam
Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang sama dalam bahasa-bahasa Eropa seperti 
acid (bahasa Inggris), 
zuur (bahasa Belanda), atau 
Säure (bahasa Jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam. Dalam 
kimia, istilah asam memiliki arti yang lebih khusus. Terdapat tiga definisi asam yang umum diterima dalam kimia, yaitu definisi 
Arrhenius, 
Brønsted-Lowry, dan 
Lewis.
- Arrhenius: Menurut definisi ini, asam adalah suatu zat yang meningkatkan konsentrasi ion hidronium (H3O+) ketika dilarutkan dalam air. Definisi yang pertama kali dikemukakan oleh Svante Arrhenius ini membatasi asam dan basa untuk zat-zat yang dapat larut dalam air.
 
- Brønsted-Lowry: Menurut definisi ini, asam adalah pemberi  proton kepada basa. Asam dan basa bersangkutan disebut sebagai pasangan  asam-basa konjugat. Brønsted dan Lowry  secara terpisah mengemukakan definisi ini, yang mencakup zat-zat yang  tak larut dalam air (tidak seperti pada definisi Arrhenius).
 
- Lewis: Menurut definisi ini, asam adalah penerima pasangan elektron dari basa. Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam yang tak mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi(III) klorida. Definisi Lewis dapat pula dijelaskan dengan teori orbital molekul. Secara umum, suatu asam dapat menerima pasangan elektron pada orbital kosongnya yang paling rendah (LUMO) dari orbital terisi yang tertinggi (HOMO) dari suatu basa. Jadi, HOMO dari basa dan LUMO dari asam bergabung membentuk orbital molekul ikatan.
 
Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi  Brønsted-Lowry merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam  definisi ini, keasaman suatu senyawa ditentukan oleh kestabilan ion  hidronium dan basa konjugat terlarutnya ketika senyawa tersebut telah  memberi proton ke dalam larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa  konjugat yang lebih tinggi menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan  yang lebih tinggi.
Sistem asam/basa berbeda dengan reaksi 
redoks; tak ada perubahan 
bilangan oksidasi dalam reaksi asam-basa.
 Sifat-sifat
Secara umum, asam memiliki sifat sebagai berikut:
- Rasa: masam ketika dilarutkan dalam air.
 
- Sentuhan: asam terasa menyengat bila disentuh, terutama bila asamnya asam kuat.
 
- Kereaktifan: asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam.
 
- Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan elektrolit.
 
 Sifat kimia
Dalam air, reaksi 
kesetimbangan berikut terjadi antara suatu asam (HA) dan air, yang berperan sebagai basa,
HA + H
2O ↔ A
- + H
3O
+
Tetapan asam adalah tetapan kesetimbangan untuk reaksi HA dengan air:
![K_a = \frac{[\mbox{H}_{3}\mbox{O}^+][ \mbox{A}^-]}{[\mbox{HA}]}](http://upload.wikimedia.org/math/4/7/5/475736351c84694f7cd757136735c907.png)
Asam kuat mempunyai nilai 
Ka yang besar (yaitu, kesetimbangan reaksi berada jauh di kanan, terdapat banyak H
3O
+; hampir seluruh asam terurai). Misalnya, nilai 
Ka untuk 
asam klorida (HCl) adalah 10
7.
Asam lemah mempunyai nilai 
Ka yang kecil (yaitu, sejumlah cukup banyak HA dan A
- terdapat bersama-sama dalam larutan; sejumlah kecil H
3O
+ ada dalam larutan; asam hanya terurai sebagian). Misalnya, nilai 
Ka untuk asam asetat adalah 1,8 × 10
-5.
Asam kuat mencakup asam 
halida - HCl, HBr, dan HI. (Tetapi, asam fluorida, HF, relatif lemah.) Asam-asam okso, yang umumnya mengandung atom pusat ber-
bilangan oksidasi tinggi yang dikelilingi oksigen, juga cukup kuat; mencakup HNO
3, H
2SO
4, dan HClO
4. Kebanyakan asam 
organik merupakan asam lemah.
Larutan asam lemah dan garam dari basa konjugatnya membentuk 
larutan penyangga.
 Sejarah
Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis, termasuk 
Antoine Lavoisier, secara keliru berkeyakinan bahwa semua asam mengandung 
oksigen.  Lavoisier mendefinisikan asam sebagai zat mengandung oksigen karena  pengetahuannya akan asam kuat hanya terbatas pada asam-asam okso dan  karena ia tidak mengetahui komposisi sesungguhnya dari asam-asam halida,  HCl, HBr, dan HI. Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen dari kata  bahasa Yunani yang berarti "pembentuk asam". Setelah unsur klorin,  bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen dalam asam-asam  halida ditemukan oleh Sir 
Humphry Davy pada tahun 
1810, definisi oleh Lavoisier tersebut harus ditinggalkan.
Kimiawan Inggris pada waktu itu, termasuk Humphry Davy, berkeyakinan bahwa semua asam mengandung 
hidrogen.  Kimiawan Swedia Svante Arrhenius lalu menggunakan landasan ini untuk  mengembangkan definisinya tentang asam. Ia mengemukakan teorinya pada  tahun 
1884.
Pada tahun 
1923, 
Johannes Nicolaus Brønsted dari Denmark dan 
Martin Lowry  dari Inggris masing-masing mengemukakan definisi protonik asam-basa  yang kemudian dikenal dengan nama kedua ilmuwan ini. Definisi yang lebih  umum diajukan oleh 
Lewis pada tahun yang sama, menjelaskan reaksi asam-basa sebagai proses transfer pasangan elektron.
 Penggunaan asam
Asam memiliki berbagai kegunaan. Asam sering digunakan untuk menghilangkan karat dari logam dalam proses yang disebut 
"pengawetasaman" (pickling). Asam dapat digunakan sebagai elektrolit di dalam 
baterai sel basah, seperti 
asam sulfat yang digunakan di dalam 
baterai mobil. Pada tubuh manusia dan berbagai hewan, 
asam klorida merupakan bagian dari 
asam lambung yang disekresikan di dalam 
lambung untuk membantu memecah 
protein dan 
polisakarida maupun mengubah proenzim 
pepsinogen yang inaktif menjadi enzim 
pepsin. Asam juga digunakan sebagai 
katalis; misalnya, asam sulfat sangat banyak digunakan dalam proses 
alkilasi pada pembuatan bensin.
Asam sulfat, 
H2SO4, merupakan 
asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam 
air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk utama 
industri kimia.  Produksi dunia asam sulfat pada tahun 2001 adalah 165 juta ton, dengan  nilai perdagangan seharga US$8 juta. Kegunaan utamanya termasuk  pemrosesan bijih 
mineral, sintesis kimia, pemrosesan air 
limbah dan pengilangan minyak.
 
 Keberadaan
Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami di bumi oleh karena sifatnya yang 
higroskopis. Walaupun demikian, asam sulfat merupakan komponen utama 
hujan asam, yang terjadi karena 
oksidasi sulfur dioksida di atmosfer dengan keberadaan 
air (oksidasi 
asam sulfit).  Sulfur dioksida adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan  bakar seperti batu bara dan minyak yang mengandung sulfur (belerang).
Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida,  misalnya besi sulfida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam  dan disebut sebagai 
air asam tambang.  Air asam ini mampu melarutkan logam-logam yang ada dalam bijih sulfida,  yang akan menghasilkan uap berwarna cerah yang beracun. Oksidasi besi  sulfida 
pirit oleh oksigen molekuler menhasilkan besi(II), atau Fe
2+:
- 2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O → 2 Fe2+ + 4 SO42− + 4 H+
 
Fe
2+ dapat kemudian dioksidasi lebih lanjut menjadi Fe
3+:
- 4 Fe2+ + O2 + 4 H+ → 4 Fe3+ + 2 H2O
 
Fe
3+ yang dihasilkan dapat diendapkan sebagai 
hidroksida:
- Fe3+ + 3 H2O → Fe(OH)3 + 3 H+
 
Besi(III) atau ion feri juga dapat mengoksidasi pirit. Ketika  oksidasi pirit besi(III) terjadi, proses ini akan berjalan dengan cepat.  Nilai 
pH yang lebih rendah dari nol telah terukur pada air asam tambang yang dihasilkan oleh proses ini.
 Asam sulfat di luar angkasa
 Atmosfer Venus
Asam sulfat diproduksi di atmosfer bagian atas 
Venus dari 
karbon dioksida, 
sulfur dioksida, dan uap air secara 
fotokimia oleh cahaya 
matahari. 
Foton ultraviolet dengan panjang gelombang kurang dari 169 
nm dapat mengakibatkan fotodisosiasi karbon dioksida menjadi 
karbon monoksida dan 
oksigen atomik.
Oksigen atomik sangatlah reaktif. Ketika ia bereaksi dengan sulfur  dioksida yang merupakan sekelumit bagian dari atmosfer Venus, 
sulfur trioksida dihasilkan, dan ketika bergabung dengan air, akan menghasilkan asam sulfat.
- CO2 → CO + O
 - SO2 + O → SO3
 - SO3 + H2O → H2SO4
 
Di bagian atas atmosfer Venus yang lebih dingin, asam sulfat terdapat  dalam keadaan cair, dan awan asam sulfat yang tebal menghalangi  pandangan permukaan Venus ketika dipandang dari atas. Awan permanen  Venus menghasilkan hujan asam yang pekat sama halnya atmosfer bumi  menghasilkan air hujan.
Atmosfer Venus menunjukkan adanya siklus asam sulfat. Setelah tetesan  hujan asam sulfat jatuh ke lapisan atmosfer yang lebih panas, asam  sulfat akan dipanaskan dan melepaskan uap air, sehingga asam sulfat  tersebut menjadi lebih pekat. Ketika mencapai temperatur di atas 300 °C,  asam sulfat mulai berdekomposisi menjadi sulfur trioksida dan air  (dalam fase gas). Sulfur trioksida sangatlah reaktif dan berdisosiasi  menjadi sulfur dioksida dan oksigen atomik, yang akan kemudian  mengoksidasi karbon monoksida menjadi karbon dioksida.
Sulfur dioksida dan uap air kemudian naik secara arus konveksi dari  lapisan tengah atmosfer menuju lapisan atas, di mana keduanya akan  diubah kembali lagi menjadi asam sulfat, dan siklus ini kemudian  berulang.
 Pada permukaan es Europa
Spektrum inframerah dari 
misi Galileo NASA menunjukkan adanya absorpsi khusus pada satelit 
Yupiter Europa  yang mengindikasikan adanya satu atau lebih hidrat asam sulfat.  Interpretasi spektrum ini kontroversial. Beberapa ilmuwan planet lebih  condong menginterpretasikan spektrum ini sebagai ion sulfat, kemungkinan  sebagai bagian dari mineral Europa.
[1]
 Pembuatan
Asam sulfat diproduksi dari 
belerang, 
oksigen, dan 
air melalui 
proses kontak.
Pada langkah pertama, 
belerang dipanaskan untuk mendapatkan 
sulfur dioksida:
- S (s) + O2 (g) → SO2 (g)
 
Sulfur dioksida kemudian dioksidasi menggunakan 
oksigen dengan keberadaan 
katalis vanadium(V) oksida:
- 2 SO2 + O2(g) → 2 SO3 (g)   (dengan keberadaan V2O5)
 
Sulfur trioksida diserap ke dalam 97-98% H
2SO
4 menjadi 
oleum (H
2S
2O
7), juga dikenal sebagai 
asam sulfat berasap. Oleum kemudian diencerkan ke dalam air menjadi asam sulfat pekat.
- H2SO4 (l) + SO3 → H2S2O7 (l)
 
- H2S2O7 (l) + H2O (l) → 2 H2SO4 (l)
 
Perhatikan bahwa pelarutan langsung SO
3 ke dalam air tidaklah praktis karena reaksi sulfur trioksida dengan air yang bersifat 
eksotermik. Reaksi ini akan membentuk aerosol korosif yang akan sulit dipisahkan.
- SO3(g) + H2O (l) → H2SO4(l)
 
Sebelum tahun 1900, kebanyakan asam sulfat diproduksi dengan 
proses bilik.
[2]
 Sifat-sifat fisika
 Bentuk-bentuk asam sulfat
Walaupun asam sulfat yang mendekati 100% dapat dibuat, ia akan melepaskan 
SO3  pada titik didihnya dan menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih  stabil untuk disimpan, dan merupakan bentuk asam sulfat yang paling  umum. Asam sulfat 98% umumnya disebut sebagai 
asam sulfat pekat. Terdapat berbagai jenis 
konsentrasi asam sulfat yang digunakan untuk berbagai keperluan:
- 10%, asam sulfat encer untuk kegunaan laboratorium,
 
- 33,53%, asam baterai,
 
- 62,18%, asam bilik atau asam pupuk,
 
- 73,61%, asam menara atau asam glover,
 
- 97%, asam pekat.
 
Terdapat juga asam sulfat dalam berbagai kemurnian. Mutu teknis H
2SO
4  tidaklah murni dan seringkali berwarna, namun cocok untuk digunakan  untuk membuat pupuk. Mutu murni asam sulfat digunakan untuk membuat 
obat-obatan dan zat warna.
Apabila SO
3(g) dalam konsentrasi tinggi ditambahkan ke dalam asam sulfat, H
2S
2O
7 akan terbentuk. Senyawa ini disebut sebagai 
asam pirosulfat, 
asam sulfat berasap, ataupun 
oleum. Konsentrasi oleum diekspresikan sebagai %SO
3 (disebut %oleum) atau %H
2SO
4 (jumlah asam sulfat yang dihasilkan apabila H
2O ditambahkan); konsentrasi yang umum adalah 40% oleum (109% H
2SO
4) dan 65% oleum (114,6% H
2SO
4). H
2S
2O
7 murni terdapat dalam bentuk padat dengan titik leleh 36 °C.
Asam sulfat murni berupa cairan bening seperti minyak, dan oleh karenanya pada zaman dahulu ia dinamakan 'minyak vitriol'.
 Polaritas dan konduktivitas
H
2SO
4 anhidrat adalah cairan yang sangat polar. Ia memiliki 
tetapan dielektrik  sekitar 100. Konduktivitas listriknya juga tinggi. Hal ini diakibatkan  oleh disosiasi yang disebabkan oleh swa-protonasi, disebut sebagai 
autopirolisis.
[3]
- 2 H2SO4 → H3SO4+ + HSO4−
 
Konstanta kesetimbangan autopirolisisnya adalah
[3]
- Kap(25 °C)= [H3SO4+][HSO4−] = 2,7 × 10−4.
 
Dibandingkan dengan konstanta keseimbangan air, K
w = 10
−14, nilai konstanta kesetimbangan autopirolisis asam sulfat 10
10 (10 triliun) kali lebih kecil.
Walaupun asam ini memiliki viskositas yang cukup tinggi, 
konduktivitas efektif ion H
3SO
4+ dan HSO
4−  tinggi dikarenakan mekanisme ulang alik proton intra molekul,  menjadikan asam sulfat sebagai konduktor yang baik. Ia juga merupakan  pelarut yang baik untuk banyak reaksi.
Kesetimbangan kimiawi asam sulfat sebenarnya lebih rumit daripada yang ditunjukkan di atas; 100% H
2SO
4 mengandung beragam spesi dalam kesetimbangan (ditunjukkan dengan nilai milimol per kg pelarut), yaitu: HSO
4− (15,0), H
3SO
4+ (11,3), H
3O
+ (8,0), HS
2O
7− (4,4), 
H2S2O7 (3,6), H
2O (0,1).
[3]
 Sifat-sifat kimia
 Reaksi dengan air
Reaksi hidrasi asam sulfat sangatlah 
eksotermik. Selalu tambahkan asam ke dalam 
air daripada air ke dalam asam. Air memiliki 
massa jenis  yang lebih rendah daripada asam sulfat dan cenderung mengapung di  atasnya, sehingga apabila air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, ia  akan dapat mendidih dan bereaksi dengan keras. Reaksi yang terjadi  adalah pembentukan ion 
hidronium:
- H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4-
 - HSO4- + H2O → H3O+ + SO42-
 
Karena hidrasi asam sulfat secara 
termodinamika  difavoritkan, asam sulfat adalah zat pendehidrasi yang sangat baik dan  digunakan untuk mengeringkan buah-buahan. Afinitas asam sulfat terhadap 
air cukuplah kuat sedemikiannya ia akan memisahkan atom 
hidrogen dan 
oksigen dari suatu senyawa. Sebagai contoh, mencampurkan 
pati (C
6H
12O
6)
n dengan asam sulfat pekat akan menghasilkan 
karbon dan 
air yang terserap dalam asam sulfat (yang akan mengencerkan asam sulfat):
- (C6H12O6)n → 6n C + 6n H2O
 
Efek ini dapat dilihat ketika asam sulfat pekat diteteskan ke  permukaan kertas. Selulosa bereaksi dengan asam sulfat dan menghasilkan  karbon yang akan terlihat seperti efek pembakaran kertas. Reaksi yang  lebih dramatis terjadi apabila asam sulfat ditambahkan ke dalam satu  sendok teh 
gula. Seketika ditambahkan, gula tersebut akan menjadi karbon berpori-pori yang mengembang dan mengeluarkan aroma seperti 
karamel.
 Reaksi lainnya
Sebagai asam, asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan 
basa, menghasilkan garam 
sulfat. Sebagai contoh, garam tembaga 
tembaga(II) sulfat dibuat dari reaksi antara 
tembaga(II) oksida dengan asam sulfat:
- CuO + H2SO4 → CuSO4 + H2O
 
Asam sulfat juga dapat digunakan untuk mengasamkan garam dan menghasilkan asam yang lebih lemah. Reaksi antara 
natrium asetat dengan asam sulfat akan menghasilkan 
asam asetat, CH
3COOH, dan 
natrium bisulfat:
- H2SO4 + CH3COONa → NaHSO4 + CH3COOH
 
Hal yang sama juga berlaku apabila mereaksikan asam sulfat dengan 
kalium nitrat. Reaksi ini akan menghasilkan 
asam nitrat dan endapat 
kalium bisulfat. Ketika dikombinasikan dengan 
asam nitrat, asam sulfat berperilaku sebagai asam sekaligus zat pendehidrasi, membentuk ion 
nitronium NO
2+, yang penting dalam reaksi 
nitrasi yang melibatkan 
substitusi aromatik elektrofilik. Reaksi jenis ini sangatlah penting dalam 
kimia organik.
Asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan logam via reaksi penggantian tunggal, menghasilkan gas 
hidrogen dan logam sulfat. H
2SO
4 encer menyerang 
besi, 
aluminium, 
seng, 
mangan, 
magnesium dan 
nikel. Namun reaksi dengan 
timah dan 
tembaga memerlukan asam sulfat yang panas dan pekat. 
Timbal dan 
tungsten  tidak bereaksi dengan asam sulfat. Reaksi antara asam sulfat dengan  logam biasanya akan menghasilkan hidrogen seperti yang ditunjukkan pada  persamaan di bawah ini. Namun reaksi dengan timah akan menghasilkan 
sulfur dioksida daripada hidrogen.
- Fe (s) + H2SO4 (aq) → H2 (g) + FeSO4 (aq)
 
- Sn (s) + 2 H2SO4 (aq) → SnSO4 (aq) + 2 H2O (l) + SO2 (g)
 
Hal ini dikarenakan asam pekat panas umumnya berperan sebagai  oksidator, manakala asam encer berperan sebagai asam biasa. Sehingga  ketika asam pekat panas bereaksi dengan seng, timah, dan tembaga, ia  akan menghasilkan garam, air dan sulfur dioksida, manakahal asam encer  yang beraksi dengan logam seperti seng akan menghasilkan garam dan  hidrogen.
Asam sulfat menjalani reaksi 
substitusi aromatik elektrofilik dengan 
senyawa-senyawa aromatik, menghasilkan 
asam sulfonat terkait:
[4]

 Kegunaan
Asam sulfat merupakan komoditas kimia yang sangat penting, dan  sebenarnya pula, produksi asam sulfat suatu negara merupakan indikator  yang baik terhadap kekuatan industri negara tersebut.
[5] Kegunaan utama (60% dari total produksi di seluruh dunia) asam sulfat adalah dalam "metode basah" produksi 
asam fosfat, yang digunakan untuk membuat 
pupuk fosfat dan juga 
trinatrium fosfat  untuk deterjen. Pada metode ini, batuan fosfat digunakan dan diproses  lebih dari 100 juta ton setiap tahunnya. Bahan-bahan baku yang  ditunjukkan pada persamaan di bawah ini merupakan 
fluorapatit, walaupun komposisinya dapat bervariasi. Bahan baku ini kemudian diberi 93% asam suflat untuk menghasilkan 
kalsium sulfat, 
hidrogen fluorida (HF), dan 
asam fosfat. HF dipisahan sebagai 
asam fluorida. Proses keseluruhannya dapat ditulis:
- Ca5F(PO4)3 + 5 H2SO4 + 10 H2O → 5 CaSO4•2 H2O + HF + 3 H3PO4
 
Asam sulfat digunakan dalam jumlah yang besar oleh industri 
besi dan 
baja untuk menghilangkan oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual ke industri 
otomobil. Asam yang telah digunakan sering kali didaur ulang dalam kilang regenerasi asam bekas (
Spent Acid Regeneration (SAR) plant).  Kilang ini membakar asam bekas dengan gas alam, gas kilang, bahan bakar  minyak, ataupun sumber bahan bakar lainnya. Proses pembakaran ini akan  menghasilkan gas sulfur dioksida (SO
2) dan sulfur trioksida (SO
3) yang kemudian digunakan untuk membuat asam sulfat yang "baru".
Amonium sulfat,  yang merupakan pupuk nitrogen yang penting, umumnya diproduksi sebagai  produk sampingan dari kilang pemroses kokas untuk produksi besi dan  baja. Mereaksikan 
amonia yang dihasilkan pada dekomposisi termal 
batu bara dengan asam sulfat bekas mengijinkan amonia dikristalkan keluar sebagai 
garam (sering kali berwarna coklat karena kontaminasi besi) dan dijual kepada industri agrokimia.
Kegunaan asam sulfat lainnya yang penting adalah untuk pembuatan 
aluminium sulfat. Alumunium sulfat dapat bereaksi dengan sejumlah kecil sabun pada serat 
pulp kertas untuk menghasilkan aluminium 
karboksilat yang membantu mengentalkan serat pulp menjadi permukaan kertas yang keras. Aluminium sulfat juga digunakan untuk membuat 
aluminium hidroksida. Aluminium sulfat dibuat dengan mereaksikan 
bauksit dengan asam sulfat:
- Al2O3 + 3 H2SO4 → Al2(SO4)3 + 3 H2O
 
Asam sulfat juga memiliki berbagai kegunaan di industri kimia.  Sebagai contoh, asam sulfat merupakan katalis asam yang umumnya  digunakan untuk mengubah 
sikloheksanonoksim menjadi 
kaprolaktam, yang digunakan untuk membuat 
nilon. Ia juga digunakan untuk membuat 
asam klorida dari 
garam melalui 
proses Mannheim. Banyak H
2SO
4 digunakan dalam pengilangan minyak bumi, contohnya sebagai katalis untuk reaksi 
isobutana dengan 
isobutilena yang menghasilkan 
isooktana.
 Siklus sulfur-iodin
Siklus sulfur-iodin merupakan sederet proses termokimia yang digunakan untuk mendapatkan 
hidrogen. Ia terdiri dari tiga reaksi kimia yang keseluruhan reaktannya adalah air dan keseluruhan produknya adalah hidrogen dan 
oksigen.
 | 2 H2SO4 → 2 SO2 + 2 H2O + O2 |      |  (830 °C) |  
 | I2 + SO2 + 2 H2O → 2 HI + H2SO4 |      |  (120 °C) |  
 | 2 HI → I2 + H2 |      |  (320 °C) |  
Senyawa sulfur dan 
iodin didaur dan digunakan ulang. Proses ini bersifat 
endotermik  dan haruslah terjadi pada suhu yang tinggi. Siklus sulfur iodin  sekarang ini sedang diteliti sebagai metode yang praktis untuk  mendapatkan hidrogen. Namun karena penggunaan asam korosif yang pekat  pada suhu yang tinggi, ia dapat menimbulkan risiko bahaya keselamatan  yang besar apabila proses ini dibangun dalam skala besar.
 Sejarah
 
Besi(II) sulfat heptahidrat
 
 
 
 
Tembaga(II) sulfat pentahidrat
 
 
 
Alkimiawan abad ke-8 
Abu Musa Jabir bin Hayyan (Geber) dipercayai sebagai penemu asam sulfat. Asam ini kemudian dikaji oleh alkimiawan dan dokter Persia abad ke-9 
Ar-Razi (Rhazes), yang mendapatkan zat ini dari 
distilasi kering mineral yang mengandung 
besi(II) sulfat heptahidrat, FeSO
4 • 7H
2O, dan 
tembaga(II) sulfat pentahidrat, CuSO
4 • 5H
2O. Ketika dipanaskan, senyawa-senyawa ini akan terurai menjadi 
besi(II) oksida dan 
tembaga(II) oksida, melepaskan 
air beserta 
sulfur trioksida  yang akan bergabung menjadi larutan asam sulfat. Metode ini  dipopulerkan di Eropa melalui terjemahan-terjamahan buku-buku Arab dan  Persia.
Asam sulfat dikenal oleh alkimiawan Eropa abad pertengahan sebagai 
minyak vitriol. Kata vitriol berasal dari bahasa Latin 
vitreus  yang berarti 'gelas', merujuk pada penampilan garam sulfat yang seperti  gelas, disebut sebagai garam vitriol. Garam-garam ini meliputi 
tembaga(II) sulfat (vitriol biru), 
seng sulfat (vitriol putih), 
besi(II) sulfat (vitriol hijau), 
besi(III) sulfat (vitriol Mars), dan 
kobalt(II) sulfat (vitriol merah).
Garam-garam vitriol tersebut merupakan zat yang paling penting dalam alkimia, yang digunakan untuk menemukan 
batu filsuf.  Vitriol yang sangat murni digunakan sebagai media reaksi zat-zat  lainnya. Hal ini dikarenakan asam vitriol tidak bereaksi dengan 
emas. Pentingnya vitriol dalam alkimia terlihat pada moto alkimia 
Visita Interiora Terrae Rectificando Invenies Occultum Lapidem ('Kunjungi bagian dalam bumi dan murnikanlah, anda akan menemukan batu rahasia') yang ditemukan dalam 
L'Azoth des Philosophes karya alkimiawan abad ke-15 
Basilius Valentinus, .
Pada abad ke-17, kimiawan Jerman Belanda 
Johann Glauber membuat asam sulfat dengan membakar 
sulfur bersamaan dengan 
kalium nitrat, KNO
3, dengan keberadaan uap. Kalium nitrat tersebut terurai dan mengoksidasi sulfur menjadi SO
3,  yang akan bergabung dengan air membentuk asam sulfat. Pada tahun 1736,  Joshua Ward, ahli farmasi London, menggunakan metode ini untuk memulai  produksi asam sulfat berskala besar.
Pada tahun 1746 di 
Birmingham, 
John Roebuck mengadaptasikan metode ini ke dalam suatu bilik, yang dapat menghasilkan asam sulfat lebih banyak. Proses ini disebut sebagai 
proses bilik,  yang mengijinkan produksi asam sulfat secara efektif. Setelah berbagai  perbaikan, metode ini menjadi proses standar produksi asam sulfat selama  hampir dua abad.
Pada tahun 1831, saudagar 
asam cuka Britania Peregrine Phillips mematenkan 
proses kontak,  yang lebih ekonomis dalam memproduksi sulfur trioksida dan asam sulfat.  Sekarang, hampir semua produksi asam sulfat dunia menggunakan proses  ini.
 Keselamatan
 Bahaya laboratorium
 
Tetesan 98% asam sulfat akan dengan segera membakar kertas tisu menjadi karbon
 
 
 
Sifat-sifat asam sulfat yang korosif diperburuk oleh 
reaksi eksotermiknya dengan 
air.  Luka bakar akibat asam sulfat berpotensi lebih buruk daripada luka  bakar akibat asam kuat lainnya, hal ini dikarenakan adanya tambahan  kerusakan jaringan dikarenakan dehidrasi dan kerusakan termal sekunder  akibat pelepasan panas oleh reaksi asam sulfat dengan air.
Bahaya akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi  asam sulfat. Namun, bahkan asam sulfat encer (sekitar 1 M, 10%) akan  dapat mendehidrasi kertas apabila tetesan asam sulfat tersebut dibiarkan  dalam waktu yang lama. Oleh karenanya, larutan asam sulfat yang sama  atau lebih dari 1,5 M diberi label "CORROSIVE" (korosif), manakala  larutan lebih besar dari 0,5 M dan lebih kecil dari 1,5 M diberi label  "IRRITANT" (iritan). Asam sulfat berasap (oleum) tidaklah dianjurkan  untuk digunakan dalam sekolah oleh karena bahaya keselamatannya yang  sangat tinggi.
Perawatan pertama yang standar dalam menangani tumpahnya asam sulfat  ke kulit adalah dengan membilas kulit tersebut dengan air  sebanyak-banyaknya. Pembilasan dilanjutkan selama 10 sampai 15 menit  untuk mendinginkan jaringan disekitar luka bakar asam dan untuk  menghindari kerusakan sekunder. Pakaian yang terkontaminasi oleh asam  sulfat harulah dilepaskan dengan segera dan segera bilas kulit yang  berkontak dengan pakaian tersebut.
Pembuatan asam sulfat encer juga berbahaya oleh karena pelepasan  panas selama proses pengenceran. Asam sulfat pekat haruslah selalu  ditambahkan ke air, dan bukannya sebaliknya. Penambahan air ke asam  sulfat pekat dapat menyebabkan tersebarnya 
aerosol  asam sulfat dan bahkan dapat menyebabkan ledakan. Pembuatan larutan  lebih dari 6 M (35%) adalah yang paling berbahaya, karena panas yang  dihasilkan cukup panas untuk mendidihkan asam encer tersebut.
 Bahaya industri
Walaupun asam sulfat tidak mudah terbakar, kontak dengan logam dalam kasus tumpahan asam dapat menyebabkan pelepasan gas 
hidrogen. Penyebaran aerosol asam dan gas 
sulfur dioksida menambah bahaya kebakaran yang melibatkan asam sulfat.
Asam sulfat dianggap tidak beracun selain bahaya korosifnya. Resiko  utama asam sulfat adalah kontak dengan kulit yang menyebabkan luka bakar  dan penghirupan aerosol asap. Paparan dengan aerosol asam pada  konsentrasi tinggi akan menyebabkan iritasi mata, saluran pernafasan,  dan membran mukosa yang parah. Iritasi akan mereda dengan cepat setelah  paparan, walaupun terdapat risiko 
edema paru  apabila kerusakan jaringan lebih parah. Pada konsentrasi rendah,  simtom-simtom akibat paparan kronis aerosol asam sulfat yang paling  umumnya dilaporkan adalah pengikisan gigi. Indikasi kerusakan kronis 
saluran pernafasan masih belum jelas. Di 
Amerika Serikat, batasan paparan yang diperbolehkan ditetapkan sebagai 1 mg/m³. Terdapat pula laporan bahwa penelanan asam sulfat menyebabkan 
defisiensi vitamin B12 dengan degenarasi gabungan subakut.
 Pembatasan hukum
Perdagangan internasional asam sulfat dikontrol oleh 
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika  tahun 1988, yang meletakkan asam sulfat di Tabel II konvensi tersebut  sebagai bahan kimia yang sering diguakan dalam produksi gelap narkotika  ataupun psikotropika.
[6] Di Indonesia, konvensi ini disahkan oleh Undang-Undang Dasar Nomor 7 Tahun 1997. 
[7]
 Referensi
- ^ T.M. Orlando, T.B. McCord, G.A Grieves, Icarus 177 (2005) 528–533
 
- ^  Edward M. Jones, "Chamber Process Manufacture of Sulfuric Acid,"  Industrial and Engineering Chemistry, Nov 1950, Vol 42, No. 11, pp  2208-10.
 
- ^ a b c Greenwood, Norman N.; Earnshaw, A. (1997), Chemistry of the Elements (edisi ke-2nd), Oxford: Butterworth-Heinemann, ISBN 0-7506-3365-4 
 
- ^ F. A. Carey. Reactions of Arenes. Electrophilic Aromatic Substitution. On-Line Learning Center for Organic Chemistry. University of Calgary. Diakses pada 27 Januari 2008.
 
- ^ Chenier, Philip J. Survey of Industrial Chemistry, pp 45-57. John Wiley & Sons, New York, 1987. ISBN.
 
- ^ Annex to Form D ("Red List"), 11th Edition, January 2007 (pg. 4). International Narcotics Control Board. Vienna, Austria; 2007.
 
- ^ Situs Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan: Undang-Undang  Negara Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1997 Tentang Pengesahan United  Nations Conventions Against Illicit Traffic In Narcotic Drugs and  Psychotropic Substances, 1988 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa  Tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika, 1988)
 
 
- A New Certificate Chemistry, Heinemann Educational Publishers, A Holderness and J Lambert, Heinemann, 1976.
 
- Institut National de Recherche et de Sécurité. (1997). "Acide sulfurique". Fiche toxicologique n°30, Paris: INRS, 5 pp.
 
- Handbook of Chemistry and Physics, 71st edition, CRC Press, Ann Arbor, Michigan, 1990.
 
- Agamanolis DP. Metabolic and toxic disorders. In: Prayson R, editor.  Neuropathology: a volume in the foundations in diagnostic pathology  series. Philadelphia: Elsevier/Churchill Livingstone, 2005; 413-315.